MENGENAL HARI TASYRIQ
Hari-hari besar dalam Islam tidak hanya sebatas Idul Fitri dan Idul Adha saja. Ada juga beberapa hari besar lain yang tak kalah penting.
Salah satunya adalah Hari Tasyriq, yang jatuh satu hari setelah hari raya Idul Adha dan berlangsung selama tiga hari, dari tanggal 11 hingga 13 Zulhijah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الإِسْلاَمِ وَهِيَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Hari Arafah, Idul Adha, dan hari-hari Tasyriq adalah hari raya kami umat Islam. Dan hari-hari tersebut (Idul Adha dan Tasyriq) adalah hari menyantap makan dan minum (HR. Abu Dawud no. 2419).
Ulama mazhab Syafii, Imam Nawawi, menjelaskan makna tasyriq adalah menjemur daging kurban di terik matahari.
Oleh karena itu, hari-hari Tasyriq pada esensi dan praktiknya tidak bisa dipisahkan dari perintah berkurban serta bersantap setelahnya.
Rasulullah ﷺ bersabda:
أَيَّامُ اَلتَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ
Hari-hari Tasyriq adalah hari untuk makan dan minum (HR. Muslim no. 1141).
Berdasarkan hadis-hadis tersebut, mayoritas ulama mazhab Hanafi, Maliki, Syafii, dan Hanbali melarang berpuasa pada Hari Tasyriq.
Dalam kitabnya Al-Umm, Imam Syafii menulis, “Hari-hari yang Rasulullah ﷺ larang darinya (berpuasa) ada lima: Idul Fitri, Idul Adha, dan hari-hari Mina, yaitu tiga hari setelah hari Nahr (Idul Adha).”
Larangan berpuasa di hari-hari Tasyriq, menurut ulama mazhab Hanbali, Imam Ibnu Rajab Al-Hanbali, adalah karena kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
Ketika orang-orang yang bertamu ke Baitullah mengalami keletihan karena perjalanan berat yang mereka lalui, di samping kelelahan setelah ihram dan melaksanakan manasik haji dan umrah.
Allah mensyariatkan kepada mereka untuk beristirahat di Mina pada Hari Raya Kurban (Idul Adha) hingga tiga hari setelahnya.
Allah memerintahkan mereka untuk makan daging sembelihan mereka. Di saat itulah, mereka mendapatkan jamuan dari Allah—karena kasih sayang Allah kepada mereka. Begitulah kurang lebih penjelasan Ibnu Rajab.
Amalan di Hari Tasyriq
Allah berfirman:
وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ
Ingatlah Allah di hari-hari yang telah ditentukan (QS. Al-Baqarah: 203).
Ibnu Abbas ra. dan beberapa ulama besar, termasuk Imam Malik bin Anas, berpendapat bahwa yang dimaksud “hari-hari yang telah ditentukan” adalah hari-hari Tasyriq.
Mereka pun menganjurkan untuk memperbanyak zikir dan takbir pada hari-hari Tasyriq.
Dalam Al-Muwaththa’, Imam Malik menjelaskan, “Apa yang kami lakukan di sini (di Madinah) adalah bertakbir pada hari-hari Tasyriq usai setiap shalat.
Bertakbir pada hari-hari Tasyriq hendaklah dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan, baik berjamaah maupun sendiri, baik di Mina maupun di tempat lain.”
Selain berzikir dan bertakbir, sebagian ulama menganjurkan pula untuk memperbanyak doa pada hari-hari Tasyriq.
Murid Ibnu Abbas ra., Ikrimah, manganjurkan kita untuk memperbanyak berdoa sapu jagat pada hari-hari Tasyriq. Adapun lafal doa sapu jagat:
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka (QS. Al-Baqarah: 201).
Wallahu a'alam....
Referensi: Malik bin Anas; Al-Muwaththa’, Muslim bin Al-Hajjaj; Shahih Muslim, Abu Dawud As-Sijistani; Sunan Abi Dawud, Ibnu Rajab Al-Hanbali; Lathaif Al-Ma’arif. (Kesan)
0 komentar:
Posting Komentar
SIlakan berikan pertanyaan ataupun saran di kolom berikut. Terima kasih ^^