KETEGUHAN HATI NABI MUHAMMAD DALAM BERDAKWAH - MASJID BESAR AL ISHLAH KRAGAN KABUPATEN REMBANG

Senin, 25 Mei 2020

KETEGUHAN HATI NABI MUHAMMAD DALAM BERDAKWAH
Dakwah yang dilakukan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam dilakukan secara terang-terangan. Namun dalam prosesnya dakwah Nabi ditentang dan ditolak oleh kaum Quraisy.

Mereka beralasan bahwa mereka tidak dapat meninggalkan agama yang telah mereka warisi dari nenek moyang. Agama mereka sudah menjadi bagian dari tradisi kehidupan mereka. 

Pada saat itulah Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam mengingatkan mereka akan perlunya melepaskan akal dan pikiran mereka dari belenggu taqlid. 

Selanjutnya dijelaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam bahwa tuhan-tuhan yang mereka sembah itu tidak dapat memberi manfaat atau menolak bahaya sama sekali. 

Tradisi nenek moyang mereka dalam menyembah tuhan-tuhan itu tidak bisa dijadikan alasan kuat untuk diikuti, karena itu adalah taqlid buta. 

Firman Allah di ayat lain menggambarkan bagaimana jawaban mereka dan kerasnya penolakan mereka.

"Apabila dikatakan kepada mereka: "Marilah mengikuti apa yang diturunkan Allah dan mengikuti Rasul". Mereka menjawab: "Cukuplah untuk kami apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya". Dan apakah mereka itu akan mengikuti nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?."
(QS. Al Maidah 104).

Ketika Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam memperingatkan bahaya tindakan taqlid buta kepada nenek moyang mereka dalam menyembah berhala, mereka menentangnya dan sepakat untuk memusuhinya, kecuali pamannya Abu Tholib yang membelanya.
(Muhammad Sa'id Ramadan Al Buti, Fiqhus Sirati, 1990: 72-73).

Menurut Ibnu Abbas, ayat ini diturunkan berkenaan dengan para pendeta Yahudi di sekitar Madinah yang menolak dan mengingkari ciri-ciri kenabian (Nubuwwat) Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. 

Penafsiran ini menurut At Thabari adalah yang paling tepat dibandingkan penafsiran yang lain karena kata kufur sendiri secara etimologis berarti menutupi. 

Kata ini cocok dialamatkan kepada para pendeta Yahudi di Madinah karena mereka telah menutup-nutupi ciri-ciri Kenabian (Nubuwwat) Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wa Sallam, padahal mereka sangat mengenali Nubuwwat itu seperti mengenali anak-anak sendiri. 

(At Thabari, Jami'ul Bayani An Ta'wilil Qur'ani, Juz 1, 1420 H/ 2000 M: 258-272)

0 komentar:

Posting Komentar

SIlakan berikan pertanyaan ataupun saran di kolom berikut. Terima kasih ^^