KHUTBAH IDUL ADHA 1441 HIJRIYYAH MASJID BESAR AL ISHLAH KRAGAN, REMBANG
Jamaah shalat Idul Adha hadâkumullâh.
Ada dua peristiwa penting yang tidak bisa lepas
dari Hari Raya Idul Adha. Kedua peristiwa
tersebut adalah ibadah Haji dan Kurban. Namun pada situasi saat ini, kedua ibadah tersebut harus
dilaksanakan di tengah pandemi Covid-19 yang
sampai saat ini belum mereda.
Tentunya
ketentuan Allah subhanahu wata'ala ini tidak
boleh serta merta menurunkan semangat spiritual
kita sebagai umat Islam. Kita harus meyakini
bahwa selalu ada hikmah besar yang terkandung
dari setiap ketetapan yang diberikan oleh Allah
jalla jalaluh wa ta’ala fil ‘ula.
Seperti kita ketahui bersama, akibat
pandemi Covid-19 yang mewabah di berbagai
penjuru dunia, Jamaah Haji Indonesia tahun
2020 tidak diberangkatkan ke Tanah Suci. Hal
ini dilakukan pemerintah untuk menjaga
keselamatan jiwa jamaah dari tertular virus
Corona.
Pemerintah Arab Saudi pun tidak
mengizinkan jamaah dari luar negeri untuk
menjalankan rukun Islam kelima ini. Hanya
warga Arab Saudi dan warga Asing yang berada di Arab Saudi saja yang diperkenankan
melaksanakan ibadah Haji dengan pembatasan
jumlah dan peraturan yang sangat ketat.
Bagi calon jamaah haji tahun 2020,
keputusan ini tentu sangat berat untuk diterima.
Setelah sekian lama menunggu antrean kuota
haji dengan berbagai macam usaha untuk
melunasi ongkos naik haji (ONH), namun
giliran saatnya berangkat harus mengalami
penundaan. Namun ada hikmah besar yang bisa
diambil dari keputusan ini di antaranya adalah
kesabaran dan kepasrahan.
Allah subhanahu
wata'ala berfirman dalam Qur’an Surat Al-Anfal
ayat 46:"Bersabarlah kalian, sesungguhnya Allah bersama orang-orang
yang sabar”.
Jamaah shalat Idul Adha rahimakumullâh,
Kesabaran sendiri adalah sikap yang paling
dibutuhkan dalam menjalankan ibadah haji. Dalam ibadah haji, kesabaran juga bisa menjadi
ukuran mabrur atau tidaknya haji yang
dilaksanakan.
Hampir seluruh rangkaian ibadah
haji membutuhkan kesabaran mulai dari
pendaftaran sampai dengan pelaksanaan dan
kembali ke Tanah Air. Tanpa kesabaran, jamaah
haji tidak akan mungkin mampu melewati
rangkaian ibadah yang memerlukan kekuatan
mental dan fisik seperti tawaf, sa'i, wukuf di
Arafah, dan jumrah.
Ini memberikan hikmah
kepada calon jamaah haji yang ditunda
keberangkatannya, untuk semakin melatih
kesabaran sebelum waktunya berangkat nanti.
Insyaallah kesabaran dalam menerima penundaan
ini nantinya akan menjadi wasilah kemabruran
haji kelak. Amin ya robbal ‘alamin.
Hikmah kedua adalah kepasrahan atau
tawakkal kepada Allah Tabaroka wata'ala.
Terkait dengan hal ini Allah subhanahu wata'ala pun telah memberikan panduan, jika kita
memiliki tekad bulat dalam melaksanakan
sesuatu, maka kita harus pasrah diri kepada Allah
jalla jalaluh wa ta’alat ‘adhomatuh. Hal ini
termaktub dalam QS Ali Imran ayat 159:
“Apabila engkau telah membulatkan tekad, maka
bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
mencintai orang-orang yang bertawakal.”
Dengan ditundanya haji tahun ini, para calon
jamaah haji harus yakin dan pasrah pada Allah
karena ini juga merupakan ketetapan-Nya.
Haji sendiri adalah ibadah yang harus
diawali dengan kepasrahan karena harus pergi
jauh meninggalkan orang-orang yang dicintai
dan harus berjuang menyelesaikan rangkaian
kewajiban dan rukun haji.
Kain ihram warna
putih yang dipakai jamaah pun sudah menandai
bahwa para jamaah Haji pasrah atas takdir Allah Sang pemilik segalanya seperti mayit yang
terbungkus kain kafan. Dengan kepasrahan ini
tentunya akan menjadikan para calon jamaah haji
lebih tenang dalam beribadah.
Jamaah shalat Idul Adha
rahimakumullâh, Ibadah kedua yang kita
lakukan di tengah pandemi adalah ibadah
kurban. Di tengah wabah ini, ibadah kurban
akan lebih bermakna dan terasa bagi masyarakat
ekonomi lemah. Selama pandemi, berbagai
sektor tak terkecuali sektor ekonomi ikut terkena
imbas.
Banyak masyarakat yang tidak bisa
memenuhi kebutuhan hidupnya karena harus
kehilangan mata pencarian. Kurban bisa
menjadi bukti kepekaan sosial masyarakat
mampu terhadap yang lemah. Kurban semakin
memberikan kesadaran kepada kita, bahwa harta
yang kita miliki bukanlah mutlak milik kita.
Harta dan materi di dunia hanya titipan dari Allah subhanahu wata'ala yang di dalamnya
terdapat hak orang lain. Kenikmatan yang kita
rasakan tidak akan berkurang sedikitpun ketika
harus dibagi dengan orang lain melalui hewan
kurban.
Kita harus menyadari bahwa
sesungguhnya hakikat memberi adalah
menerima. Manusia tidak perlu khawatir karena
nikmat Allah subhanahu wata'ala sangatlah
banyak. Saking banyaknya nikmat Allah, kita
tidak akan bisa menghitungnya. Allah subhanahu
wata'ala berfirman:
”Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tak dapat
menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. (QS: An-Nahl : 18)
Dengan pengorbanan harta melalui hewan
kurban ini, kita juga akan mampu semakin dekat dengan Allah subhanahu wata'ala. Hal ini selaras
dengan makna kurban itu sendiri yakni berasal
dari bahasa Arab qariba-yaqrabu-qurban wa
qurbanan wa qirbanan,yang artinya dekat.
Sehingga kurban adalah mendekatkan diri
kepada Allah, dengan mengerjakan perintahNya.
Jamaah shalat Idul Adha hadâkumullâh,
Dari hal ini kita bisa menarik dua hikmah dari
ibadah kurban di masa pandemi.
Yang pertama
adalah hikmah vertikal, yakni semakin dekatnya
kita kepada Allah subhanahu wata'ala, dan
hikmah horizontal yakni kedekatan dengan
sesama manusia dengan saling berbagi rezeki di
tengah situasi sulit akibat pandemi ini. Wallahu
a’lam.
![]() |
USTADZ H. M. SA'DUN DAAIM, S.Pd.I, Lc. |
0 komentar:
Posting Komentar
SIlakan berikan pertanyaan ataupun saran di kolom berikut. Terima kasih ^^